BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 07 April 2011

Tata Kelola Perusahaan

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan
hal penting yang mutlak diperlukan oleh industri perbankan
dalam menghadapi perkembangan risiko bisnis dan
tantangan usaha yang kian meningkat. Pelaksanaan Good
Corporate Governance secara konsisten akan memperkuat
posisi Danamon dalam menghadapi persaingan usaha,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mengelola
sumber daya, memaksimalkan nilai Danamon dan dalam
jangka panjang dapat meningkatkan kepercayaan para
pemangku kepentingan (stakeholder) sehingga Danamon
dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan.
Komitmen Danamon dalam penerapan Good Corporate
Governance dilaksanakan dengan membangun lingkungan
kerja yang berdasarkan pada Kode Etik dan Budaya
Kepatuhan.
Kode Etik merupakan landasan moral, sikap dan etika bagi
para karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan prinsip-prinsip etika, visi, misi,
nilai-nilai Danamon dan hukum yang berlaku. Kode Etik
Danamon mewajibkan seluruh karyawan menghindari
situasi yang dapat menimbulkan pertentangan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan Danamon, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang berpotensi
terhadap pelanggaran peraturan dan perundangan yang
berlaku. Kode Etik tersedia di website internal Danamon.
Dalam rangka penerapan Good Corporate Governance,
Danamon telah melaksanakan inisiatif untuk:
1. Pembentukan Komite Corporate Governance
Komite Corporate Governance beranggotakan Dewan
Komisaris Danamon dengan tugas dan tanggung jawab
mengevaluasi Good Corporate Governance secara
menyeluruh serta menilai konsistensi penerapannya
termasuk yang berkaitan dengan etika bisnis dan
tanggung jawab sosial Danamon.
2. Pembentukan Komite Fraud
Komite Fraud merupakan salah satu komite yang
mendukung Dewan Direksi. Tugas dan tanggung jawab
Komite Fraud antara lain melakukan evaluasi penanganan
fraud dan pencegahannya. Kebijakan Whistle Blower
memberikan kontribusi dalam pencegahan fraud, seluruh
karyawan dapat melaporkan secara dini penyimpangan
kode etik, pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku,
ataupun terjadinya fraud. Kebijakan terkait Whistle
Blower telah ditetapkan Danamon sejak tahun 2005.
3. Peningkatan fungsi Manajemen Risiko
Satuan Kerja Manajemen Risiko merupakan fungsi
strategis Danamon dalam pengambilan keputusan
bisnis dan pengembangan produk maupun jasa melalui
analisis dan review terhadap risiko yang ditimbulkan dari
aktivitas tersebut. Dalam rangka penerapan Manajemen
Risiko, Danamon telah memiliki sistem informasi yang
mendukung dalam pengukuran dan pengelolaan risiko
Unit Kerja/Kantor Cabang melalui Self Assessment
dan pemantauan terhadap Event Risk. Sebagai upaya
memperkuat Satuan Kerja Manajemen Risiko, Danamon
telah membentuk Divisi National Fraud Quality Assurance
dan Collection.
4. Remunerasi dan Kompensasi
Danamon mengakui bahwa pemberian kompensasi
dan remunerasi yang wajar kepada karyawan, Direksi
dan Dewan Komisaris, adalah suatu hal penting dalam
menunjang kinerja perusahaan dan pelaksanaan GCG.
Remunerasi dan Nominasi diberikan secara transparan
kepada Karyawan, Direksi dan Dewan Komisaris.
Formulasi remunerasi ditetapkan oleh Komite Nominasi
dan Remunerasi mengacu pada kebijakan Remunerasi
dan Nominasi Danamon yang berlaku.
5. Penanganan Pengaduan Nasabah
Dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik
kepada nasabah, maka Danamon telah memiliki Unit
khusus Pengaduan Nasabah yang dalam tugasnya
memperhatikan serta menindaklanjuti pengaduan
nasabah sesuai Service Level Agreement (SLA) yang
ditetapkan Danamon serta sejalan dengan ketentuan
yang berlaku. Pengaduan nasabah merupakan masukan
bagi Danamon dalam mengembangkan produk atau jasa
yang lebih baik di masa mendatang.
6. Budaya Kepatuhan
Dalam rangka meningkatkan Budaya Kepatuhan maka
Danamon telah melakukan berbagai langkah antara lain
sebagai berikut:
a. Pembentukan Komite Kepatuhan pada tahun 2010
bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan fungsi
kepatuhan Danamon.
b. Menetapkan metode dalam mengelola Risiko
Kepatuhan. Pada tahun 2010 telah dikembangkan
Compliance Regulatory Self Assessment (CRSA)
sebagai upaya memenuhi Peraturan Bank Indonesia
dengan tujuan mengelola Risiko Kepatuhan
secara lebih baik dan menformulasikan Peringkat
Kepatuhan.
c. Menunjuk penanggung jawab fungsi kepatuhan dan
pelaksanaan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Teroris (APU-PPT) di masing masing Unit
Kerja/Kantor Cabang.
3. Enhancements of the Risk Management function
Risk management unit plays a strategic role in any
business decision making and new product and service
development, which requires thorough analysis and review
of the associated risks. To support its risk management
activities, the Bank has established an information
system supporting the measurement and management
of risks, including the measurement of risks of various
units and branches through Self-Assessments and Event
Risk monitoring. To further enhance the organization of
Integrated Risk Management, the Bank has established
a new National Fraud, Quality Assurance and Collection
Division.
4. Compensation and Remuneration
The Bank recognizes that a fair remuneration in the form of
salaries and allowances for employees, BoD and BoC, is
important to support the performance of the Bank and the
implementation of GCG. Remuneration and nomination for
employees, BoD and BoC are determined transparently.
The formulation is determined by the Remuneration and
Nomination Committee based on the Bank’s prevailing
Remuneration and Nomination policies.
5. Customer Complaint Management
To provide the best services to customers, the Bank
has established a separate Customer Complaint unit
responsible for resolving complaints raised by customers,
in line with the established Service Level Agreement
(SLA). Customer complaint also serves as a feedback for
the Bank to provide better products and services in the
future.
6. Compliance Culture
To enhance the Bank’s compliance culture, various
initiatives have been undertaken including:
a. The establishment of Compliance Committee in 2010
to evaluate the Compliance function of the Bank.
b. The establishment of a methodology to manage
Compliance Risk. To comply with Bank Indonesia
regulation, in 2010, the Bank has developed its
Compliance Regulatory Self Assessment (CRSA) to
improve its compliance risk management practice and
formulate the corresponding Compliance Rating.
c. The appointment of persons-in-charge of compliance
function and Anti Money Laundering and Combating
the Financing Terrorism (AML-CFT) in each Working
Unit/Branch Office.
170 Laporan Tahunan • 2010 • Annual Report • PT Bank Danamon Indonesia Tbk
d. Memperbarui kebijakan APU-PPT Danamon sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia, melakukan
pemantauan atas tingkat penerapannya melalui
Branch Assessment dan pelatihan APU-PPT bagi
karyawan Danamon.

Sumber: http://www2.idx.co.id/Portals/0/Emiten/201103/200ACA62-5BA5-4FCA-9860-B4DCBB8F4368.PDF

Perkembangan International Financing Reported Standar

Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite
Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang
kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994,
Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia
dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan
interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar
akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan
Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar
akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk
menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS.
Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.
Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai
tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses
revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April
2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun
2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh
IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua
standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai
akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33
standar.
Berikut adalah Roadmap konvergensi IFRS di Indonesia:
PSAK disahkan 23 Desember 2009:
1. PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAK 2 (revisi 2009): Laporan Arus Kas
3. PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri
4. PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi
5. PSAK 12 (revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
6. PSAK 15 (revisi 2009): Investasi Pada Entitas Asosiasi
7. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
8. PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset
9. PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
10.PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan
Interpretasi disahkan 23 Desember 2009:
1. ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
2. ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas
Serupa
3. ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
4. ISAK 11: Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik
5. ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
PSAK disahkan sepanjang 2009 yang berlaku efektif tahun 2010:
1. PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32: Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi
Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi Penyelenggaraan Jalan
Tol
2. PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43: Akuntansi Anjak
Piutang
3. PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang
bermasalah
4. PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31 (revisi 2000): Akuntansi Perbankan, PSAK 42:
Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana
5. PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55
(1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang Asing
PSAK yang disahkan 19 Februari 2010:
1. PSAK 19 (2010): Aset tidak berwujud
2. PSAK 14 (2010): Biaya Situs Web
3. PSAK 23 (2010): Pendapatan
4. PSAK 7 (2010): Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Berelasi
5. PSAK 22 (2010): Kombinasi Bisnis (disahkan 3 Maret 2010)
6. PSAK 10 (2010): Transaksi Mata Uang Asing (disahkan 23 Maret 2010
7. ISAK 13 (2010): Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
Exposure Draft Public Hearing 27 April 2010
1. ED PSAK 24 (2010): Imbalan Kerja
2. ED PSAK 18 (2010): Program Manfaat Purnakarya
3. ED ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12)
4. ED ISAK 15: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan
Interaksinya.
5. ED PSAK 3: Laporan Keuangan Interim
6. ED ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
Exposure Draft PSAK Public Hearing 14 Juli 2010
1. ED PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan
2. ED PSAK 50 (R 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian
3. ED PSAK 8 (R 2010): Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
4. ED PSAK 53 (R 2010): Pembayaran Berbasis Saham
Exposure Draft PSAK Public Hearing 30 Agustus 2010
1. ED PSAK 46 (Revisi 2010) Pajak Pendapatan
2. ED PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
3. ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
4. ED ISAK 18: Bantuan Pemerintah-Tidak Ada Relasi Specifik dengan Aktivitas
Operasi
5. ED ISAK 20: Pajak Penghasilan-Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para
Pemegang Sahamnya
Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS
1. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
3. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah.
4. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak
metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.
6. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.
Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah:
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global.
d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan
untuk melakukan earning management
1. Reklasifikasi antar kelompok surat berharga (securities) dibatasi
cenderung dilarang.
2. Reklasifikasi dari dan ke FVTPL, DILARANG
3. Reklasifikasi dari L&R ke AFS, DILARANG
4. Tidak ada lagi extraordinary items


Sumber: http://www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf

Perkembangan Akuntansi Internasional

Memasuki abad 21 ini, nasib suatu negara semakin ditentukan oleh kekuatan persaingan global. Dalam dunia seperti ini, keputusan-keputusan operasi, investasi dan pendanaan pembiayaan diwarnai oleh implikasi-implikasi internasional. Dengan banyaknya keputusan yang berasal dari data-data akuntansi, pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi internasional sangat penting untuk memperolah interpretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis internasional. Dengan kata lain, saat ini akuntansi telah berkembang dalam tahap masa kedewasaannya menjadi suatu aspek integral dari bisnis dan keuangan global.
Fungsi akuntansi yang demikian penting dalam kehidupan bisnis dan keuangan, menunjukkan bahwa akuntansi dalam masyarakat bisnis/internasional melakukan fungsi jasa. Akuntansi harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan harus mencerminkan kondisi budaya, ekonomi, hukum, sosial dan politik dari masyarakat tempat dia beroperasi. Dengan demikian akuntansi harus berada tetap dalam kedudukannya yang berguna secara teknis dan sosial.

Menurut Choi dan Muller (1998; 1) Bahwa ada tiga kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi internasional kedalam dimensi internasional yang terus tumbuh, yaitu
(1) faktor lingkungan
(2) Internasionalisasi dari disiplin akuntansi
(3) Internasionalisasi dari profesi akuntansi.

Ketiga faktor tersebut dalam perjalanan/perkembangan akuntansi sangat berperan dan menentukan arah dari teori akuntansi yang selama bertahun-tahun dan dekade banyak para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan teori akuntansi dan ternyata mengalami kegagalan dan hal tersebut menyebabkan terjadinya evolusi dari ”theorizing” ke “Conceptualizing”.

Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Akuntansi
Telah banyak yang menyatakan bahwa akuntansi dipengaruhi oleh lingkungannya dan sebaliknya akuntansi juga mempengaruhi lingkungannya. Standar-standar akuntansi muncul ke permukaan setelah banyak akuntan mengalami tuntutan hukum, LIFO ditimbulkan oleh kondisi-kondisi inflasi, dan banyak pengungkapan-pengungkapan keuangan yang merupakan konsekuensi dari pasar modal publik.
Choi et. al (1998; 36) menjelaskan sejumlah faktor lingkungan yang diyakini memiliki pengaruh langsung terhadap pengembangan akuntansi, antara lain :
1. Sistem Hukum
Kodifikasi standar-standar dan prosedur-prosedur akuntansi kelihatannya alami dan cocok dalam negara-negara yang menganut code law. Sebaliknya, pembentukan kebijakan akuntansi yang non legalistis oleh organisasi-organisasi professional yang berkecimpung dalam sektor swasta lebih sesuai dengan sistem yang berlaku di negara-negara hukum umum (common law).

2. Sistem Politik
Sistem politik yang ada pada suatu negara pun ikut mewarnai akuntansi, karena sistem politik tersebut “mengimpor” dan “mengekspor” standar-standar dan prktik-prakti akuntansi.

3. Sifat Kepemilikan Bisnis
Kepemilikan publik yang besar atas saham-saham perusahaan menyiratkan prinsip-prinsip pelaporan dan pengungkapan akuntansi keuangan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang kepemilikannya didominasi oleh keluarga atau bank.

4. Perbedaan Besaran dan Kompleksitas Perusahaan-Perusahaan Bisnis
Dikotomi yang terjadi antara perusahaan besar dan kecil terus berlanjut, mulai dari masalah asuransi, hingga keseluruh hirarki perusahaan induk-anak, termasuk masalah kompleksitas. Perusahaan konglomerasi besar yang beroperasi dalam lini bisnis yang sangat beragam membutuhkan teknik-teknik pelaporan keuangan yang berbeda dengan perusahaan kecil yang menghasilkan produk tunggal. Perusahaan-perusahaan multinasional juga membuthkan sistem akuntansi yang berbeda dengan sistem akuntansi perusahaan-perusahaan domestik.
5. Iklim Sosial
Iklim sosial turut memberikan sumbangan dalam pengembangan akuntansi diberbagai belahan dunia.
6. Tingkat Kompetensi Manajemen Bisnis Dan Komunitas Keuangan
Kompetensi atau kemampuan manajemen bisnis dan pengguna dari output akuntansi akan sangat menentukan perkembangan akuntansi. Karena secanggih dan sehebat apapun output akuntansi, jika manajemen bisnis dan para pengguna tidak dapat membaca, mengartikan, dan memahaminya hal tersebut tidak akan ada gunanya.
7. Tingkat Campur Tangan Bisnis Legislatif
Regulasi mengenai perpajakan mungkin memerlukan prinsip-prinsip akuntansi tertentu. Seperti di Swedia, dimana kelonggaran pajak tertentu harus dibukukan secara akuntansi sebelum bisa diklaim bagi tujuan pajak; ini juga merupakan situasi bagi penilaian persediaan metode LIFO di AS. Hukum-hukum perlindungan sosial yang beragam juga mempengaruhi standar-standar akuntansi. Contohnya adalah kewajiban membayar pesangon dio beberapa negara Amerika Selatan.
8. Ada Legislasi Akuntansi tertentu
Dalam beberapa kasus, terdapat peraturan legislative khusus untuk aturan-aturan dan teknik-teknik akuntansi tertentu. Di AS, SEC menentukan standar-standar pengungkapan dan akuntansi bagi perusahaan-perusahaan besar, dengan mengacu pada FASB.
9. Kecepatan Inovasi Bisnis
Semula, kegiatan merger dan akuisisi tidak diperhitungkan secara akuntansi, namun karena penggabungan bisnis yang begitu popular di erofa memaksa akuntansi turut berkembang untuk memenuhi kebutuhan dari mereka yang berkepentingan.
10. Tahap pembangunan Ekonomi
Negara yang masih mengandalkan ekonomi pertanian membuthkan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda dengan negara industri maju. Di negara pertanian, tingkat ketergantungan pada kredit dan kontrak bisnis jangka panjang mungkin masih kecil. Sehingga akuntansi akrual yang canggih tidak berguna dan yang dibutuhkan adalah akuntansi kas sederhana.
11. Pola pertumbuhan Ekonomi
Kondisi perekonomian yang stabil mendorong peningkatan persaingan memperebutkan pasar-pasar yang ada sehingga memerlukan suatu pola akuntansi yang stabil dan akan jauh berbeda pada negara yang kondisinya sedang mengalami perang berkepanjangan.
12. Status Pendidikan dan Organisasi Profesional
Karena ketiadaan profesionalisme akuntansi yang terorganisir dan sumber otoritas akuntansi local suatu negara, standar-standar dari area lain atau negara lain mungkin digunakan untuk mengisi kekosongan tersebut. Adaptasi faktor-faktor akuntansi dari Inggris merupakan pengaruh lingkungan yang signifikan dalam akuntansi dunia sampai akhir PD II. Sejak saat itu, proses adaptasi internasional beralih ke sumber-sumber dari AS. Pengembangan akuntansi, baik yang berasal dari negara itu sendiri atau yang diadaptasi dari negara-negara lain, tidak akan sukses kecuali jika kondisi-kondisi lingkungan seperti yang terdapat dalam daftar diatas dipertimbangkan secara penuh.
Wolk & Tearney, (1992; 578) menggagas, bahwa secara teoritis ada tiga model yang disodorkan untuk menyeragamkan pemahaman mengenai akuntansi internasional, yaitu :
1. Absolute uniformity
2. Circumstantial uniformity
3. Purposive uniformity
Absolute uniformity, berarti satu set standar akuntansi yang baik dalam satu format pelaporan keuangan akan berlaku di seluruh komunitas ekonomi internasional tanpa membeda-bedakan keadaan ekonomi dan kebutuhan pemakai. Circumstantial uniformity, berdasarkan basis transnasional yang mengijinkan perbedaan metode akuntansi yang digunakan dimana keberadaan akuntansi ditunjukan. Sedangkan Purposive uniformity, akan mempertimbangkan kedua keadaan perbedaan yang mendasarinya seperti halnya kebutuhan pemakai yang berbeda dan manfaatnya.
Aktivitas-Aktivitas Pendukung Pengembangan Akuntansi
Pengembangan akuntansi internasional dibantu secara ekstensif oleh sejumlah bdan pemerintah, asosiasi akuntansi professional, dan institusi. Aktivitas pendukung di luar pergerakan standar internasional secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Organisasi-organisasi regional
Organisasi regional telah terbentuk mulai dari pantai pasifik hingga Afrika Barat. Organisasi-organisasi ini berlaku sebagai penyangga antara kepentingan-kepentingan nasional yang kaku dengan kepentingan-kepentingan internasional yang luas. Organisasi regional ini merupakan kelompok-kelompok akuntan professional yang bervariasi dalam jumlah dan efektifitasnya.
2. Institusi-institusi
Institusi-institusi yang mendukung akuntansi internasional meliputi parlemen-parlemen dan universitas-universitas di seluruh dunia, serta eksekutif-eksekutif keuangan dan analis-analis keuangan. Dukungan yang datang dari institusi pendukung tersebut justru lebih kuat dari organisasi-organisasi regional.
Sumber :


http://agusw77.files.wordpress.com/2009/06/perkembangan-akuntansi-internasional4.pdf

Akuntansi Internasional

Akuntansi memainkan peranan yang sangat penting bagi dunia ekonomi, dimana tujuannya adalah sebagai media informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti investor atau manajemen perusahaan itu sendiri sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam dunia usaha akuntansi merupakan alat informasi dimana akuntansi memberikan informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan.
Dalam konteks yang lebih luas, akuntansi internasional memiliki peranan yang dpat dikatakan hamper serupa, dimana lingkup pelaporannya adalah untuk perusahaan multinasional dengan transaksi dan operasi lintas Negara. 0proses akuntansinya pun tidaklah berbeda dan dengan kualifikasi standar pelaporan tertentu yang diatur secara internasional. Namun untuk diketahui, dimensi internasional di sini berbeda untuk tiap-tiap Negara dimana perbedaan itu meliputi budaya, praktik bisnis, struktur politik, sistem hokum dll. Akuntansi mencakup beberapa proses yang luas diantaranya:
1. Pengukuran
Memberikan masukan mendalam mengenai probabilitas operasi suatu perusahaan dan kekuatan posisi keuangan.
2. Pengungkan
Proses dimana pengukuran akuntansi dikomunikasikan kepada para pengguna laporan keuangan dan digunakan dan digunakan dalam pengambilan keputusan.
3. Auditing
Proses dimana para kalangan professional akuntansi khusus (auditor) melakukan atestasi (pengujian) terhadap keandalan proses pengukuran dan komunikasi.

SUDUT PANDANG DAN SEJARAH AKUNTANSI

Awalnya akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan berpasangan di italia pada abad ke 14 dan 15. Sistem pembukuan berpasangan ini dianggap sebagai cikal bakal lahirnya akuntansi. Orang pertama yang mengenalkan akuntansi adalah Luca Pacioli dimana dia mempublikasikan prinsipprinsip akuntansi pada bukunya yang berjudul Summa the arithmetica geometria proportioni et proportionalita.

SUDUT PANDANG KONTEMPORER

Terdapat sejumlah faktor tambahan yang menambah pentingnya mempelajari akuntansi internasional. Faktor-faktor ini tumbuh dari pengurangan signifikan dan terus-menurus hambatan perdagangan pengendalian modal secara nasional yang terjadi sesering kemajuan teknologi informasi. Pengendalian nasional terhadap arus valuta asing, investasi asing langsung dan transaksi terkait, telah diliberalisasikan secara dramatis beberapa tahun terakhir, sehingga hambatan bisnis internasional dapat ditekan. Kemaujuan teknologi informasi menyebabkan perubahan radikal dalam kegiatan ekonomi baik dalam kegiatan produksi maupun distribusi.

PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN OPERASI MULTINASIONAL

Bisnis internasional saat ini semakin berhubungan dengan investasi asing langsung yang meliputi pendirian sistem manufaktur atau distribusi dari luar negri dengan membentuk fasilitas yang dimiliki seutuhnya. Operasi yang lilakukan diluar negri membuat manajer keuangan dan seorang akuntan memiliki resiko barupa semua jenis masalah yang tidak mereka hadapi ketika operasi perusahaan masih berada dalam satu wilayah perusahaan.
Prinsip pelaporan keuangan nasional dapat berbeda secara signifikan dari suatu Negara lain karena prinsi-prinsip akuntansi tersebut dibentuk oleh social ekonomi yan gberbeda. Selain itu terdapat juga perbedaan kurs nilai mata uang yang digunakan dalam pelaporan. Manajer keuangan dan akuntan juga harus memahami pengaruh apa saja yang mempengaruhi pengukuran akuntansi suatu perusahaan multinasional, memahami perubahan yang terjadi misalnya nilai tukar atau inflasi merupakan hal yang sangat penting.

KOMPETISI GLOBAL

Selain faktor-faktor diatas, faktor lain yang yang menyebabkan pentingnya kauntansi internasional adalah fenomena kompetisi global. Penentuan acuan, suatu tindakan untuk membandingkan kenrja suatu pihak suatu standar yang memadai bukan hal yang baru, tetapi standar perbandingan yang digunakan kini melampaui batas-batas nasional adalah sesuatu yang baru.

MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS

Merger murakan istilah untuk sinergi operasi atau sekala ekonomi akuntansi yang memainkan peranan yang penting dalam mega konsolidasi ini merupakan angka-angka yang dihasilkan akuntansi bersifat mendasar dalam proses penilaian perusahaan. Perhatian utama perusahaan yang akan melakukan akuisisi adalah ketika sedang memberikan tawaran atas target asin adalah sejauh apa faktor earning yang dapat dihasilkan bila dibandingkan dengan hasil dari perbedaan pengukuran akuntansi.

INOVASI KEUANGAN

Manajemen resiko telah menjadi istilah begitu popular dalam lingkungan perusahaan. Dengan deregulasi pasar keuangan dan pengendalian modal yang terus dilakukan, vollatilitas dalam harga komunitas, valuta asing kredit dan ekuitas menjadi hal yang biasa pada saat ini. Berdasarkan kondisi keuangan saat ini manajer keuangan perlu menyadari resiko yang mereka hadapi, memutuskan resiko mana yang perlu dilindungi dan mengevaluasi hasil dari strategi yang diterapkan atau dijalankan. Meskipun kemajuan teknologi memungkinakan pergeseran resiko keuangan ke pihak lain, tetapi beban untuk mengukur resiko antar pihak dapat dialihkan dan sekarang berada di pihak sekelompok besar pelaku pasar yang ada di Negara lain.

INTERNASIONALISME PASAR MODAL

Faktor lain yang turut menyumbangkan perhatian lebih terhadapa akuntansi internasional adalah dikalangan eksekutif perusahaan, investor, regular, pembuat standar akuntansi dan para pendidik ilmu bisnis adalah internasionalisasi pasar modal di seluruh dunia. Pasar modal dunia melaporkan bahwa perusahaan domestic mencatatkan sahamnya menignkat di beberapa pasar modal dan menurun di beberapa pasar lainnya selama masa-masa decade sekarang ini yang diantaranya disebabkan oleh merger dan akuisis yang juga berakibat pada penghapusan pencatatan saham yang dilakukan beberapa perushaan terkait.

PERKEMBANGAN DAN KLASIFIKASI AKUNTANSI INTERNASIONAL

Dalam berkembangnya kesadaran terhadap faktor-faktor yang pmembpengaruhi perkembangan akuntansi dalam konteks global, para ahli ada yang berpendapat bahwa secara sistematis terdapat perbedaan pola perilaku akuntansi yang diterapkan di berbagai Negara. Hal ini dapat dilketahui dengan mengidentifikasi perbedaan dan kesamaan system akuntansi pada suatu Negara. Esensinya adalah bahwa klasifikasi akuntansi dan system pelaporan yang dipengaruhi seperti oleh masalah ekonomi dan politik.
Pemahaman dengan baik sistem akuntansi dalam suatu Negara adalah dengan mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Perbedaan dan kesamaan yang terlihat dapat di jelaskan dengan faktor-faktor tersebut. Akuntansi biasanya berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya, ini terjadi Karen akuntansi itu sendiri bereaksi terhadap lingkungan.
Perkembangan akuntansi, deawasa ini mendorong setiap perusahaan modern untuk melakukan auditing secara periodic. Agar dapat mengikuti perhatian masyarakat terhadap lingkungan yang makin meningkat dan perhatian terhadap integritas perusahaan, akuntan telah menemukan cara untuk mengukur dan melaporkankewajiban pemulihan kondisi lingkungan dan pengungkapan.
Untuk memahami dan menganalisis mengapa dan bagaimana sistem akuntansi nasional berbeda-beda maka dibuatlah klasifikasi. Kalsifikasi dapat membantu pengambilan keputusan untuk menilai prospek dan problem dalam masalah harmonisasi internasional. Tujuan pengklasifikasian adalah:
1. Dapat membantu mengetahui sejauh mana suatu sistem memiliki kesamaan dan perbedaan.
2. Bentuk-bentuk perkembangan sistem akuntansi suatu Negara dengan Negara lain serta kemungkinannya untuk berubah.
3. Alas an mengapa suatu sistem mempunyai pengaruh dominan dibandingkan dengan yang lain.

Secara umum tujuan klasifikasi adalah untuk mengelompokkan sistem akuntansi keuangan menurut karakteristik khsusnya dan hal ini mengungkapkan streuktur dasar di mana anggota-anggota kelompok memiliki kesamaan dan yang membedakan kelompok-kelompok yang beraneka ragam satu sama lain. Dengan mengetahui perbedaan dan persamaannya makan pemahaman terhadap sistem akuntansi akan lebih baik.

PERKEMBANGAN

Di bawah ini adalah faktor yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan bunia akuntansi:
1. Sumber pendanaan
Amerika dan Inggris yang memiliki kekuatan perdagangan yang cukup kuat memiliki focus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait.
2. Sistem hokum
Di duni abarat memiliki dua orientasi dasar, hokum kode (sipil) dan hokum (kasus).
3. Perpajakan
Peraturan pajak secara efektif dapat menentukan standar akuntansi karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun dikalim untuk keperluan perpajakan.
4. Ikatan politik dan ekonomi
Beberapa Negara berkembang menggunakan sistem akuntansi yang dianut Negara maju, namun hal tersebut ada yang Karen paksaan namun ada jug yang karena pilihan sendiri.
5. Inflasi
Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya historis dan mempengaruhi kecenderungan (tendensi) suatu Negara untuk menerapkan perubahan harga terhadap akun-akun perusahaan.
6. Tingkat perkembangan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama.
7. Tingkat pendidikan
Standar dan praktik akuntansi yang sangat rumit mumbutuhkan tenaga ahli dalam penerapannya, kalau tidak maka kemungkinan besar bisa disalahgunakan.
8. Budaya
Budaya sendiri berpengaruh terhadap perilaku masing-masing individu dalam mendasari pengaturan kelembagaan di suatu Negara yang nantinya akan secara tidak alangsung akan berpengaruh terhadap akuntansinya.

KLASIFIKASI

Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara yaitu: dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan basis data prinsip dan prektik akuntansi seluruh dunia.

Empat Pendekatan terhadap Perkembangan Akuntansi
Klasifikasi awal yang dilakukan adalah yang diusulkan oleh Mueller pada pertengahan tahun 1960-an, dimana diidentifikasikan empat pendekatan terhadap perkembangan akuntansi di Negara-negara barat dengan sistem ekonomi berorientasi pasar:
1. Berdasarkan pendekatan makro ekonomi
Berdasarkan pendekatan ini praktik akuntansi didapatkan dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makro ekonomi nasional.
2. Berdasarkan pendekatan mikro ekonomi
Pada pendekatan ini akuntansi berkembang dari prinsip-prinsip mikro ekonomi yang fokusnya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup dengan mempertahankan modal fisik yang dimiliki.
3. Berdasarkan pendekatan independen
Pada pendekatan ini akuntansi berasal dari prektik bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dari pertimbangan, coba-coba dan kesalahan.
4. Berdasarkan pendekatan yang seragam
Pada pendekatan ini akuntansi distandardisasi dan digunakan sebagai alat untuk kendali administrative oleh pemerintah pusat.

Rabu, 06 April 2011

Computer Assisted Manufacturing.

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Computer-aided manufaktur (CAM) adalah penggunaan perangkat lunak komputer untuk mengendalikan peralatan mesin dan mesin terkait dalam pembuatan benda kerja. Ini bukan definisi hanya untuk CAM, tetapi yang paling umum; CAM juga dapat merujuk kepada penggunaan komputer untuk membantu dalam seluruh operasi sebuah pabrik, termasuk perencanaan, manajemen transportasi, dan penyimpanan. Tujuan utamanya adalah untuk. membuat proses produksi lebih cepat dan komponen dan perkakas dengan dimensi yang lebih tepat dan konsistensi material, yang dalam beberapa kasus, hanya menggunakan jumlah yang diperlukan bahan baku (dengan demikian meminimalkan limbah), sementara secara bersamaan mengurangi konsumsi energi.
CAM merupakan proses dibantu komputer berikutnya setelah komputer-aided design (CAD) dan kadang-kadang teknik komputer-dibantu (CAE), sebagai model yang dihasilkan dalam CAD dan diperiksa CAE dapat menjadi masukan ke dalam perangkat lunak CAM, yang kemudian mengontrol alat mesin.
CAM atau pemanufakturan berbantuan computer merupakan seperangkat teknologi yang menggunakan computer untuk perencanaan, pengimplementasian, dan pengendalian produksi melalui pemanfaatan kapasitas dan sumber pemanufakturan. CAM merupakan payung yang melindungi berbagai proses pemanufakturan berbasis computer.

Ikhtisar
Secara tradisional, CAM telah dianggap sebagai kontrol numerik (NC) pemrograman alat, dimana dua dimensi (2-D) atau tiga-dimensi (3-D) dan model komponen yang dihasilkan dalam perangkat lunak CAD yang digunakan untuk menghasilkan G-kode untuk drive komputer dikontrol secara numerik (CNC) mesin perkakas. Desain sederhana seperti lingkaran baut atau kontur dasar tidak memerlukan mengimpor file CAD.
Seperti halnya lain “Computer-Aided” teknologi, CAM tidak menghilangkan kebutuhan bagi para profesional terampil seperti insinyur manufaktur, programer NC, atau teknisi. CAM, pada kenyataannya, memanfaatkan baik nilai profesional manufaktur paling terampil melalui alat produktivitas canggih, sambil membangun keterampilan profesional baru melalui visualisasi, simulasi dan alat optimasi.

Sejarah
Aplikasi komersial pertama CAM berada di perusahaan besar dalam industri otomotif dan dirgantara misalnya UNISURF pada tahun 1971 di Renault untuk desain mobil tubuh dan perkakas.
Secara historis, CAM software dipandang memiliki beberapa kekurangan yang memerlukan tingkat keterlibatan yang terlalu tinggi oleh teknisi CNC terampil. Bera menciptakan software CAM pertama, tetapi ini memiliki kelemahan yang parah dan langsung dibawa kembali ke dalam tahap pengembangan [rujukan?] CAM kode software output akan untuk mesin yang mampu paling tidak, karena setiap kontrol alat mesin ditambahkan pada set G-kode standar. untuk meningkatkan fleksibilitas. Dalam beberapa kasus, seperti benar mengatur CAM software atau alat tertentu, mesin CNC diperlukan pengeditan manual sebelum program akan berjalan dengan baik. Tak satu pun dari masalah ini sangat dapat diatasi bahwa seorang insinyur bijaksana atau operator mesin terampil tidak bisa diatasi untuk prototipe atau produksi kecil berjalan; G-Code adalah bahasa sederhana. Dalam produksi tinggi atau toko presisi tinggi, yang berbeda dari kendala yang muncul di mana masinis CNC berpengalaman harus kedua program tangan-kode dan menjalankan software CAM.
Integrasi CAD dengan komponen lain dari CAD / CAM / CAE Produk manajemen siklus hidup (PLM) lingkungan membutuhkan pertukaran data CAD yang efektif. Biasanya sudah perlu memaksa operator CAD untuk mengekspor data dalam salah satu format data umum, seperti IGES atau STL, yang didukung oleh berbagai perangkat lunak. Output dari perangkat lunak CAM biasanya adalah file teks sederhana G-kode, kadang-kadang ribuan perintah yang panjang, yang kemudian ditransfer ke mesin perkakas dengan menggunakan kontrol numerik langsung (DNC) program.
paket CAM tidak bisa, dan masih tidak bisa, alasan sebagai teknisi bisa. Mereka tidak bisa toolpaths mengoptimalkan sejauh diperlukan produksi massal. Pengguna akan memilih jenis alat, proses pemesinan dan jalur yang akan digunakan. Sementara seorang insinyur mungkin memiliki pengetahuan tentang pemrograman g-kode, optimasi kecil dan memakai senyawa masalah dari waktu ke waktu. Diproduksi secara massal item yang membutuhkan mesin sering awalnya diciptakan melalui casting atau beberapa metode non-mesin lainnya. Ini memungkinkan tulisan tangan, pendek, dan sangat dioptimalkan g-kode yang tidak dapat dihasilkan dalam satu paket CAM.
Setidaknya di Amerika Serikat, ada kekurangan muda, teknisi terampil memasuki angkatan kerja dapat tampil di ekstrem manufaktur; presisi tinggi dan produksi massal [rujukan?]. Sebagai perangkat lunak CAM dan mesin menjadi lebih rumit, keterampilan yang dibutuhkan dari masinis atau uang muka mesin operator untuk mendekati bahwa seorang programmer komputer dan insinyur daripada menghilangkan masinis CNC dari angkatan kerja.

Khas bidang yang menjadi perhatian:
• High Speed Machining, termasuk perampingan jalur alat
• Multi-fungsi Machining
• 5 Axis Machining
• Fitur pengakuan dan permesinan
• Otomasi Machining proses
• Kemudahan Penggunaan

Mengatasi kekurangan sejarah
Seiring waktu, kekurangan sejarah CAM sedang dilemahkan, baik oleh penyedia solusi niche dan penyedia solusi high-end. Hal ini terjadi terutama dalam tiga arena:
1. Kemudahan penggunaan
2. Manufaktur kompleksitas
3. Integrasi dengan PLM dan perusahaan yang diperluas

Kemudahan dalam penggunaan
Bagi pengguna yang baru saja dimulai sebagai pengguna CAM, out-of-the-box kemampuan menyediakan Proses Wizards, template, perpustakaan, kit alat mesin, mesin otomatis berdasarkan fitur dan fungsi pekerjaan spesifik antarmuka pengguna tailorable membangun kepercayaan pengguna dan kecepatan kurva belajar.
Pengguna keyakinan lebih jauh dibangun di visualisasi 3D melalui integrasi yang lebih dekat dengan lingkungan CAD 3D, termasuk kesalahan-menghindari simulasi dan optimasi.

Manufaktur kompleksitas
Lingkungan manufaktur semakin kompleks. Kebutuhan untuk CAM dan alat PLM oleh insinyur manufaktur, programmer NC atau masinis mirip dengan perlunya bantuan komputer dengan sistem pilot pesawat modern. Mesin modern tidak dapat benar digunakan tanpa bantuan ini.
sistem CAM hari ini mendukung berbagai macam peralatan mesin termasuk: mengubah, 5 mesin EDM sumbu dan kawat. Hari CAM pengguna dapat dengan mudah menghasilkan jalan alat efisien, optimal alat tilt axis untuk tingkat umpan yang lebih tinggi dan dioptimalkan Z sumbu kedalaman pemotongan serta mendorong operasi non-sektor seperti spesifikasi menyelidik gerakan.

Integrasi dengan PLM dan perusahaan yang diperluas
Hari ini kompetitif perusahaan dan sukses telah menggunakan PLM untuk mengintegrasikan dengan operasi perusahaan manufaktur dari konsep melalui dukungan bidang produk jadi.
Untuk memastikan kemudahan penggunaan sesuai dengan tujuan pengguna, modern CAM solusi yang terukur dari sistem CAM yang berdiri sendiri untuk satu set 3D solusi terintegrasi penuh multi-CAD-. Solusi ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan yang lengkap personel manufaktur termasuk perencanaan bagian, dokumentasi toko, manajemen sumber daya dan manajemen data dan pertukaran.

Proses Machining
Kebanyakan mesin berlangsung melalui empat tahap, masing-masing yang dilaksanakan oleh berbagai strategi dasar dan canggih, tergantung pada material dan perangkat lunak yang tersedia. Tiga tahapan itu adalah:
a. Hidup seadanya
Proses ini dimulai dengan saham mentah, yang dikenal sebagai billet, dan luka sangat kasar untuk membentuk model akhir. Di penggilingan, hasilnya sering memberikan tampilan teras, karena strategi telah mengambil keuntungan dari kemampuan untuk memotong model horizontal. strategi yang umum adalah zig-zag kliring, kliring offset, hidup seadanya terjun, istirahat-hidup seadanya.

b. Semi-finishing
Proses ini dimulai dengan bagian mengasarinya yang tidak merata mendekati model dan memotong ke dalam jarak offset tetap dari model. Lewat semi-finishing harus meninggalkan sejumlah kecil bahan sehingga alat ini dapat memotong akurat sambil menyelesaikan, tetapi tidak begitu kecil bahwa alat dan bahan menangkis bukan geser. strategi umum adalah raster berlalu, melewati permukaan air, konstan langkah-over berlalu, penggilingan pensil.
c. Finishing
Finishing melibatkan lulus lambat seluruh materi dalam langkah-langkah yang sangat halus untuk menghasilkan bagian selesai. Dalam menyelesaikan, langkah antara satu lulus dan lain minimal. Feed tingkat rendah dan kecepatan spindle dibangkitkan untuk menghasilkan permukaan yang akurat.

Contour penggilingan
Dalam penggilingan aplikasi pada perangkat keras dengan lima atau lebih sumbu, proses finishing terpisah yang disebut contouring dapat dilakukan. Alih-alih mengundurkan diri secara bertahap halus untuk mendekati permukaan, benda kerja diputar untuk membuat permukaan pemotongan alat bersinggungan dengan fitur bagian yang ideal. Hal ini menghasilkan permukaan akhir yang sangat baik dengan akurasi dimensi tinggi.

Perangkat Lunak
Lihat juga: Daftar perusahaan CAM dan: Kategori: perangkat lunak manufaktur Computer-aided
10 produk perangkat lunak terbesar CAM dan perusahaan, dengan pembayaran pengguna akhir pada tahun 2008 [8] adalah, diurutkan sesuai abjad:
• CATIA dari Dassault Systèmes
• Cimatron dari kelompok Cimatron
• Edgecam dari Planit, sebelumnya Pathtrace
• Mastercam dari CNC Software
• NX dari Siemens PLM Software
• Powermill dari Delcam
• Pro / E dari PTC
• Space-E/CAM dari NDE
• Tebis dari Tebis AG
• WorkNC dari Sescoi

Produk CAM lain dan perusahaan Alphacam, BobCAD, CAMWorks, Dolphin, ESPRIT, GCAM, GIBcam, GibbsCAM, GoElan, MazaCAM, MetaCAM, OneCNC, SolidCAM, SprutCAM, SUM3D, SURFCAM, T-FLEX, TopSolid, VisualMILL, dan VoluMill.

http://faqiniez.wordpress.com/

Tentang Translasi Mata Uang

Akuntansi bagi translasi valuta asing tidak diragukan lagi merupakan salah satu isu teknis yang paling kontroversial yang dihadapi oleh perusahaan- perusahaan multinasional yang merasa perlu menyiapkan laporan keuangan konsolidasi menyangkut hasil-hasil operasi domestik maupun dari luar negeri. Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan translasi valuta berasal dari fakta bahwa kurs-kurs valuta asing yang digunakan dalam proses translasi jarang konstan. Konsekuensinya, hasil operasi dapat bervariasi, seringkali dengan sangat menyolok, akibat adanya perbedaan dalam kurs-kurs translasi yang dipakai dan disposisi akuntansi dari efek-efek keuangan yang dihasilkannya.

Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembanganseperti ini telah berperan besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-­eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi intemasional ini.

Single Rate Method

Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku.

Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.

Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).

Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.

Multiple Rate Methods

Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.

Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.

Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh.

Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.

Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.

Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.

Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.

Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa

uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.

Keuntungan dan Kerugian Translasi

Perlakuan-perlakuan akuntansi menyebabkan penyesuaian-penyesuaian intemasional ini sama beragamnya dengan prosedur-prosedur translasi yang melatarbelakanginya. Karenanya, solusi-solusi yang masuk akal atas masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan atau kerugian” translasi ini sangat dibutuhkan.

Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi penyesuaian translasi dimulai dari pendekatan deferral (penundaan) hingga pendekatan yang tidak mengharuskan penundaan sama sekali, dengan perlakuan-perlakuan hibrida diantara keduanya.

Mayor deferal.Memasukkan penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba berjalan secara umum umum ditentang dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian tersebut hanyalah produk dari proses penyajian ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekivalen dari aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri “belum terealisasi”, tidak memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas di luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau membayar kembali kepada perusahaan induk. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam laba berjalan, dengan demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.

Meskipun begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang dengan alasan bahwa nilai tukar tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya. Bahkan jika hal itu terjadi, penyesuaian-penyesuaiati deferral atau transaksi akan didasari pada prediksi nilai tukar, upaya yang paling susah dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul dimana hasil-hasil operasi mengalami salah saji hanya karena kesalahan peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan kerugian atau keuntungan translasi menutupi perilaku perubahan nilai tukar; yaitu, perubahan-perubahan kurs merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan keuanganakan terlayani dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar dicatat ketika dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs selalu berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs tersebut stabil”.

Deferral dan Amortisasi. Beberapa pengamat menyukai penundaan keuntungan dan kerugian translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian ini selama usia item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka terhadap dolar antar tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian translasi. Berdasarkan asumsi bahwa biaya dari aset termasuk pengorbanan yang diperlukan untuk mengurangi dan menghapus kewajiban yang terkait, kerugian translasi akan diperlakukan sebagai bagian dari biaya aset yang bersangkutan dan diamortisasikan menjadi beban selama usia produktif aset Tersebut.

No deferral. Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut dalam laporan laba-rugi secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap semu dan menyesatkan. Selain itu, kriteria-kriteria penundaan dianggap tidak mungkin diimplementasikan dan secara internal tidak konsisten. Jadi, pendekatan tradisionalnya adalah mengakui kerugian dengan segera tetapi hanya mengakui keuntungan sejauh keuntungan tersebut telah terealisasi. Walaupun bersifat konservatif, penundaan keuntungan translasi semata-mata dilakukan karena keuntungan “menolak” bahwa perubahan kurs telah terjadi.

Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba berjalan, sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar berubah. Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian ini tidak selalu menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan

Laba rugi atas transaksi multi kurs

Metode Konversi Mata Uang Asing

Ada empat pendekatan dasar yang relevan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang domistik (Rupiah) atau sebaliknya, yaitu :

Metode lancar-Tak lancar (current-non current)
Menjabarkan akun-akun lancar (Current Account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (non-current account) pada kurs historis (historical currency).
Dalam metode ini, Aktiva tetap, Modal dan Laba Ditahan (Retained Earning) dijabarkan dengan menggunakan kurs historis atau kurs pada tanggal transaksinya. Sedangkan Kas, Piutang, dan Persediaan dijabarkan atau dijabarkan dengan menggunakan kurs pada saat laporan dibuat.

Metode Moneter-Non moneter
Mengkonversikan aktiva dan kewajiban MONETER pada KURS SEKARANG (current exchange rate), sedangkan aktiva dan kewajiban NON-MONETER diubah dengan menggunakan KURS HISTORIS (historical exchange rate).

Metode Temporal
Mengkonversikan Aktiva dan kewajiban yang dinilai pada HARGA MASA LALU (historical value), SEKARANG (current value) dan MASA DEPAN (future value) sedemiakian rupa sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama.
Misal : Kas, utang dan piutang, aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan kedalam kurs historis. And… vice versa…..

Metode Kurs Sekarang
Menjabarkan seluruh aktiva dan kewajiban pada kurs sekarang. Semua account dikonversikan dengan menggunakan rate pada saat laporan dibuat.

Ketentuan PSAK No. 10 (Transaksi mata uang asing selain kontrak berjangka)

Untuk transaksi mata uang asing selain kontrak berjangka maka :

1). Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran, keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dinail dan dicatat dalam mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.
2). Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang.
3). Post aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia.
4). Post non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
5). Post non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

Model-model Penggunaan Multi Kurs, Alur dan Laba-Ruginya.
Ada banyak varian modelnya, akan tetapi pada dasarnya hanya ada 4 model varian yang significantly berbeda :
Model-1
Seluruh atau sebagian uang masuknya dalam mata uang asing , sedangkan segala pengeluaran mempergunakan mata uang lokal (Rupiah) murni. Sistem Informasi Akuntansi dan Keuangannya (yang biasa disebut FIS = Financial Information System) menggunakan mata uang lokal juga.

Perusahaan yang menggunakan model ini biasanya typically perusahaan-perusahaan lokal yang beroreintasi export atau perusahaan lokal yang pasarnya berada di luar negeri dan revenue diperoleh dalam mata uang asing.

Siklus perubahan mata uangnya (e.i : mata uang asingnya adalah USD) :

Revenue (USD) masuk ke rekening USD –>> di transfer ke rekening IDR (dengan konversi pada nilai tukar tertentu) –>> dari rekening IDR di tarik dalam bentuk cash (pindah ke petty cash untuk kemudian dikeluarkan) atau dalam bentuk check atau di transfer ke rekening vendor dalam bentuk rupiah juga à dicatat ke dalam FIS dalam mata uang Rupiah juga (tidak mengalami perubahan).

Bentuk singkatnya : USD –>> IDR (satu kali konversi)

Kemungkinan laba-rugi atas Kurs (Currency Gain/Lost) hanya timbul apabila terjadi penjualan kredit dan menerapkan accrual bases accounting.
Misalnya :
Dikirimkan barang dagangan dengan nilai invoice USD 10.00, rate pada saat itu 1 USD = Rp 9000,-
–>> Dicatat :
[Debit] : Piutang Dagang = Rp 90,000,-
[Credit] : Penjualan = Rp 90,000,-

Sebulankemudian pembayaran diterima sebesar USD 10.00, sedangkan rate pada saat itu 1 USD = Rp 9100,-
–>> Dicatat :
[Debit] : Kas = Rp 91,000,-
[Credit] : Piutang = Rp 90,000,-
[Credit] : Laba kurs = Rp 1,000,-

Model-2

Seluruh atau sebagian uang masuknya dalam mata uang asing, sedangkan pengelurannya menggunakan mata uang campuran (misalnya : USD dan Rupiah), dicatat dalam bentuk mata uang lokal murni (Rupiah).

Model ini bisa jadi dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang sama seperti pada model-1.

Siklus Perubahan mata uangnya (Misalnya : mata uang asingnya adalah USD) :

Pendapatan (USD) masuk ke rekening USD –>> di transfer seluruhnya atau sebagian ke rekening IDR –>> pengeluaran (pembayaran) dalam bentuk IDR atau USD –>> pengeluaran di catat ke dalam pembukuan yang menggunakan mata uang IDR.

Bentuk singkatnya : USD –>> IDR à USD –>> IDR (2 kali konversi)

Kasus Kemungkinan laba-rugi atas Kurs (Currency Gain/Lost) disamping terjadi akibat penjualan kredit juga sangat mungkin terjadi pada saat dilakukan pembayaran kepada vendor yang menjual barangnya dengan nilai USD tetapi meminta pembayaran di transfer ke rekening IDR mereka.

Model-3

Seluruh atau sebagian uang masuknya menggunakan mata uang asing sedangkan segala pengeluaran menggunakan mata uang lokal (Rupiah) akan tetapi FIS –nya menggunakan mata uang asing (USD, EURO, DM, AUD, Yen, or else).

Model ini biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang berbentuk representative (BUT) atau perusahaan-perusahaan yang memiliki parent company di luar negeri.

Siklus perubahan mata uangnya :

Dana masuk ke rekening USD dalam bentuk USD tentunya –>> di transfer ke rekening IDR dengan mengkonversikan USD ke bentuk Rupiah (dengan rate tertentu) –>> ditarik cash atau diterbitkan check/BG Rupiah –>> disbursement à dicatat ke dalam FIS dalam bentuk USD dengan mengkonversikan nilai transaksi Rupiah ke USD.

Bentuk singkatnya : USD –>> IDR –>> USD (mengalami 2 kali konversi)

Author’s view :

Jika dana yang diterima oleh anak perusahaan hanya berupa pemindahan buku saja (semua penjualan diakui di perusahaan induk), maka sesunggunya tidak ada laba-rugi atas kurs yang timbul. Karena konversi dari USD ke Rupiah kemudian di konversikan lagi ke USD hanya untuk kebutuhan translasi saja, bukan transaksi.

Laba rugi hanya terjadi pada perusahaan induk. Itupun hanya pada pengakuan perolehan atas aktiva tetap (aktiva tak lancar lainnya) yang nilainya bisa jadi meningkat atau menurun akibat fluktuasi nili tukar mata uang yang terjadi antara mata uang (yang di keluarkan dalam bentuk rupiah) di negaranya anak perusahaan dengan mata uang Negaranya perusahaan induk.

Model-4 :

Seluruh uang masuknya dalam mata uang lokal (Rupiah), tetapi dalam pengeluarannya sebagian besar menggunakan mata uang asing, dicatat ke pembukuan dalam mata uang lokal murni (Rupiah).

Model ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan importer, yang dalam kegiatan usahanya menggunakan barang dagangan yang diimport dari luar negeri untuk kemudian di jual di dalam negeri dalam mata uang Rupiah. Atau perusahaan-perusahaan manufaktur yang menggunakan bahan baku atau bahan penolong dalam jumlah (volume) yang signifikan.

Siklus perubahan mata uangnya :

Pendapatan masuk ke rekening IDR –>> ditransfer ke tekening USD dengan mengkonversikan IDR ke USD –>> dibayarkan ke vendor di luar negeri dalam mata uang USD –>> dicatat ke dalam mata uang Rupiah

Bentuk singkatnya : IDR –>> USD –>> IDR (mengalami 2 kali konversi)

Potensi laba-rugi atas kurs sama persis seperti pada model-1, hanya saja di sini terjadi pada saat pengkuan atas pelunasan utang yang ditimbulkan oleh pembelian kredit. Hanya saja di model ini, Perusahaan akan memperoleh laba atas kurs pada saat Nilai Rupiah melemah.



Sumber: http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/27/translasi-valuta-asing/

http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/11/laba-rugi-atas-transaksi-multi-kurs.html

http://faqiniez.wordpress.com/